NILAI-NILAI UNIVERSAL HINDU DALAM ITIHASA MAHABHARATA


I Gede Adnyana, S.Ag

Mimbar Agama Hindu TVRI Kaltim Tanggal 31 Oktober 2009

OM SWASTYASTU

OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHAM

OM GURU BRAHMA GURU WISNU

GURU DEWA MAHESWARAM

GURU SAKSAT PARAM BRAHMA

TASMAI SRI GURAWE NAMAH

Hormat pada Guru Brahma, Wisnu dan Maheswara, guru sejati guru terttinggi!

Mahabharata merupakan sebuah kisah yang tidak asing bagi kita semua. Keagungan dan kepopulerannya pada masa lalu bisa dikatakan tak tertandingi. Namun saat ini zaman telah berubah dan kisah ini tidak terlalu banyak didengar lagi. Karena itu dalam kesempatan ini ada baiknya kita mengulas bagaimanakah kedudukan mahabharata dalam ajaran agama Hindu.

1. Saat ini kisah klasik seperti Mahabharata dan Ramayana tidak begitu banyak dikenal orang. Mohon diceritakan sekilas tentang Mahabharata agar masyarakat bisa mengingat kembali kisah yang sudah tua ini!

a. Mahabharata adalah sebuah kisah kepahlawanan/epos yang mengisahkan peperangan antara Pandawa melawan Kaurawa, dimana kemenagan akhirnya berpihak pada Pandawa.

b. Mahabharata terdiri dari 18 parwa atau buku sehingga sering disebut astadasaparwa yang dususun oleh Rsi Wiyasa.

2. Apakah Mahabharata merupakan bagian dari pustaka suci Hindu sehingga perlu kita ulas secara mendalam?

a. Mahabharata adalah salah satu bagian dari Veda Smerti yaitu itihasa yang artinya demikianlah kejadiannya sesungguhnya.

b. Sebagai bagian dari Veda Smerti ia memilki kedudukan penting karena didalamnya memuat ajaran Agama Hindu terlebih lagi terdapat Bhagawad Gita dalam Bisma Parwa. Karena itu jelas bahwa Mahabharata bagian dari pustaka suci Hindu yang jumlahnya amat banyak.

3. Sepengetahuan masyarakat kisah ini amat sering dipentaskan dalam bentuk wayang, sehingga Mahabharata bukanlah Pustaka Suci melainkan sebuah produk budaya. Apakah sebuah produk budaya bisa dikatakan pustaka suci!

a. Dalam dunia modern berkembang tiga pola pikir yang memiliki wilayah yang berbeda yaitu:

· Pola pikir ilmiah

· Pola pikir filsafat

· Pola pikir agama

b. Ketika seseorang berfikir secara keilmuan maka ia akan berfikir bahwa Mahabharata tidaklah ilmiah, sehingga dikatakan sebagai karya sastra atau sebagai produk budaya.

c. Ketika berfikir secara filsafat maka seseorang tidak terlalu mengkawatirkan apakah kisah ini benar nyata seperti apa adanya atau sebuah kisah yang ditulis dengan tujuan tertentu. Yang terpenting bagi seorang filosof adalah nilai-nilai filsafat yang bisa diambil dari karya ini.

d. Dalam mata agama ketika merujuk istilah “itihasa” maka ia adalah sejarah yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Baik Ramayana maupun Mahabharata didalamnya terkandung ajaran Awatara, dimana Dewa Wisnu menjelma sebagai Parasu Rama, Sri Rama Candra dan Krisna awatara. Hal ini berarti bahwa itihasa mengandung fakta agama (kebenaran dalam kacamata agama) Hindu, sehingga secara esensi ia bukanlah produk budaya melainkan wahyu, namun dalam penyajiannya senantiasa menggunakan pendekatan estetika & budaya.

4. Tadi dijelaskan bahwa walaupun Mahabharata bukan produk budaya namun dalam penyajiannya senantiasa menggunakan pendekatan estetika & budaya. Apa maksud dari pernyataan tersebut!

a. Mahabharata mengandung ajaran kebenaran (Satyam), nilai-nilai kesucian (siwam) dan keindahan (sundaram).

b. Sebagai ajaran kebenaran ia bersumber pada Veda, kandungan nilai-nilai kesuciannya adalah tuntunan bagi umat manusia, dan keindahannya adalah penghalus budi manusia.

c. Dengan demikian Mahabharata adalah tuntunan bagi umat manusia kearah yang benar menuju Tuhan dan tuntunan cara hidup ditengah masyarakat.

5. Ada yang menilai bahwa kisah ini sudah usang dan tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman saat ini. Bagaimana kita menyikapi hal ini!

a. Kisah ini diperkirakan ditulis kembali setelah ribuan tahun dari kejadian. Para ilmuan sejarah memperkirakan antara 500 s.d. 200 SM, sedangakan para agamawan memperkirakan kejadian ini sekitar 5000 SM. Jika perkiraan termuda kisah ini telah ada 200 SM maka kisah ini telah bertahan lebih dari 2000 tahun.

b. Nilai-nilai yang terkandung dalam itihasa mahabharata ini amat mulia dan dapat menjawab persoalan manusia dari masa-kemasa. Mahabharata menyimpan berbagai persoalan manusia dengan berbagai jalan pemecahannya dalam kehidupan, baik masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

c. Jika dikatakan tidak relevan maka hal ini sangat keliru. Dalam masyarakat Jawa misalnya wayang dengan kisah Mahabharata masih ditampilakan dalam acara formal maupun nonformal. Sekalipun Mahabharata secara nyata mengusung nilai-nilai ajaran Veda namun masyarakat umum telah menganggap bahwa kisah ini adalah bagian dari dirinya.

6. Justru saat ini kita kehilangan jati diri dan krisis moral akibat globalisasi. Apakah mahabharata bisa mengatasi persoalan krisis moral saat ini?

a. Generasi muda tidak lagi mencintai Mahabharata, idola anak-anak tidak lagi pada tokoh yang terdapat dalam kisah ini mereka lebih dekat dengan tokoh kartun yang banyak menayangkan kekerasan. Maka terciptalah watak anak yang sussah dikendalikan, kehilangan rasa hormat, kehilangan rasa kemanusiaannya. Maka dari itu sudah seharusnya masyarakat mulai melirik kembali pendidikan ala timur untuk mendidik budi pekerti anak agar berjiwa luhur sesuai harapan masyarakat nusantara.

b. Krisis moral memang sedang melanda dunia, terlebih dizaman kaliyuga ini. Ketika zaman dwapara yuga moralitas manusia amat merosot maka Tuhan sendiri turun kedunia sebagai Awatara Krsna. Dan dalam kesempatan ini Tuhan mewahyukan Bhagawad Gita yang agung sebagai tuntunan bagi umat manusia.

7. Dapatkah dikatakan bahwa Mahabharata ini dapat dijadikan acuan dasar dalam mempelajari keagungan Weda?

a. Sarassamuscaya sloka 9 menyebutkan:

Ndan Sang Hyang Weda, paripurnakna sira makasadhan sang hyang itihasa, sang hyang purana, apan atakut, sang hyang weda ring akedik ajinya, ling nira, kamung hyang haiwa tiki umara ri kami, ling nira mangkana rakwa atakut.

Artinya:

Weda itu hendaknya dipelajari dengan sempurna dengan jalan mempelajari itihasa dan purana, sebab weda merasa takut akan orang-orang yang sedikit pengetahuannya, sabdanya,”Wahai tuan-tuan janganlah mendekat padaku”. Demikian konon sabdanya karena takut.

b. Dengan demikian maka weda akan mudah diterima oleh siapa saja bahkan saat ini oleh orang yang bukan beragama Hindu. Karena ajaran Veda yang univrsal telah diramu dalam Mahabharata maka berarti Weda dapat diterima oleh seluruh umat manusia yang mendengar kisah ini.

8. Hal ini cukup menarik bahwa ajaran Hindu bisa diterima oleh siapa saja walaupun bukan beragama Hindu. Apakah yang menjadi alasan sehingga orang non Hindu sekalipun bisa menerima Mahabharata?

a. Daya tarik kisah ini yang luar biasa, karena memilliki kompleksitas permasalahan dan pemecahannya, dan menyentuh hati setiap yang mendengar.

b. Mengandung ajaran universal, yang artinya berlaku secara menyeluruh dalam kehidupan manusia. Perang antara kebaikan dan keburukan adalah esensi dasar dalam kehidupan ini yang diwakili oleh Pandawa melawan Korawa.

c. Ajaran dharma yang terkandung didalamnya bersifat sanatana dharma atau kebenaran yang abadi, sehingga tak lapuk dimakan usia, tak lekang dimakan zaman.

d. Dapat dilihat dari barbgai sudut pandang atau aspek antara lain sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan suatu negara. Secara ekonomis misalnya, kisah ini nampaknya banyak menghidupi kalangan budayawan seperti dalang, penabuh, pengrajin wayang, atau bahkan penulis atau penterjemah buku.

e. Sarat dengan nilai etika dan estetika ketimuran, sehingga dapat dijadikan contoh atau panutan bagi masyarakat.

9. Jika mahabharata bisa menjawab persoalan manusia maka seharusnya bercermin dalam kisah ini. Nah seperti apakah persoalan manusia masa kini yang bisa dijawab melalui itihasa!

a. Mahabharata mengandung ajaran Weda, yang sifatnya universal. Universal artinya berlaku umum dan dialami oleh siapa saja didunia ini. Karena itu mahabharata merupakan teladan atau contoh yang bisa dijadikan acuan oleh siapa saja, mulai dari tattwa, etika, upacara, ajaran karma, ketuhanan, punarbhawa, jiwa, dan kamoksan, kewajiban catur warna, tahapan brahmacari sampai dengan empat tujuan manusia yaitu catur purusa artha, dan masih banyak lagi ajaran mulia yang terkandung didalamnya.

b. Sebagai salah satu contoh ajaran universal adalah catur asrama yaitu empat tingkatan hidup manusia antara lain brahmacari adalah masa menuntut ilmu, grehasta adalah masa berumah tangga, wanaprasta adalah masa mengasingkan diri, dan sanyasin adalah masa melepaskan diri dari ikatan duniawi. Setiap manusia yang ingin sempurna hidupnya harus melewati empat tahapan ini.

10. Jika melihat universalitas ajaran Veda yang terkandung dalam Mahabharata maka sudah sepantasnya umat Hindu melakukan upaya agar kisah ini tetap lekat dihati generasi muda saat ini. Upaya apakah yang bisa kita lakukan agar masyarakat semakin dekat dengan epos besar ini?

a. Setiap keluarga hendaknya memiliki pustaka Mahabharata, dimana kepal keluarga punya kewajiban menyampaikan ajaran ini.

b. Setiap pasraman yang ada memasukkan Mahabharata sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan

c. Di dukung oleh pemerintah, misalnya Kota Bontang telah menetapkan Ramayana dan Mahabharata dalam Perda, sebagai salah satu pelajaran wajib yang harus dituntaskan bagi siswa-siswi Hindu.

Penggandaan CD atau film Mahabharata yang amat langka juga bisa menjadi solusi agar kisah ini tetap lekat dalam masyarakat.

Diterbitkan oleh vaprakeswara

WA. 081346516533

Tinggalkan komentar